Thursday, August 17, 2017

Kanker Serviks (Artikel Lengkap)

Kanker serviks atau kanker leher rahim yaitu kanker yang muncul dari serviks (leher rahim). Kanker ini terjadi lantaran adanya pertumbuhan sel-sel secara gila sehingga mempunyai kemampuan untuk menyerang atau menyebar ke belahan lain tubuh. Pada awalnya, tanda-tanda tidak terlihat. Gejala yang ada mungkin termasuk pendarahan vagina abnormal, nyeri panggul, atau rasa sakit selama melaksanakan korelasi seksual. Pendarahan sehabis melaksanakan korelasi seksual mungkin sanggup mengindikasikan adanya kanker serviks.

Human papilomavirus (HPV) menjadi penyebab lebih dari 90% kasus. Namun kebanyakan orang yang terinfeksi HPV tidak menyebarkan kanker serviks. Faktor yang menjadi risiko antara lain rokok, sistem kekebalan badan yang lemah, pil KB, melaksanakan korelasi seksual di usia muda, dan melaksanakan korelasi seksual dengan banyak pasangan. Kanker serviks biasanya berkembang dari prakanker selama lebih dari 10 hingga 20 tahun. Sekitar 90% dari kasus kanker serviks yaitu karsinoma sel skuamosa, 10% yaitu adenokarsinoma, dan sisanya yang lainnya. Diagnosis biasanya dilakukan dengan skrining serviks diikuti dengan biopsi. Pencitraan medis kemudian dilakukan untuk memilih apakah kanker telah menyebar.

Bagian dari: 25 Penyakit pada Sistem Reproduksi Manusia

Kanker serviks atau kanker leher rahim yaitu kanker yang muncul dari serviks  Kanker Serviks (Artikel Lengkap)jaringan epitel, juga disebabkan oleh banyak sekali jenis HPV. Namun biasanya tidak bekerjasama dengan kanker serviks. Infeksi HPV diyakini diharapkan biar kanker serviks terjadi.

2.2. Merokok

Perokok aktif maupun pasif mempunyai risiko lebih tinggi terkena kanker serviks. Pada perempuan terinfeksi HPV yang merupakan perokok dan mantan perokok mempunyai risiko dua hingga tiga kali lebih banyak terkena kanker invasif. Perokok pasif juga sanggup meningkatkan risiko, namun dalam tingkat yang lebih rendah.

Merokok juga terkait dengan perkembangan kanker serviks. Merokok sanggup meningkatkan risiko pada perempuan dengan beberapa cara, baik secara eksklusif maupun tidak eksklusif merangsang kanker serviks. Cara eksklusif untuk merangsang kanker serviks pada perokok yaitu meningkatkan kesempatan CIN3 muncul yang berpotensi membentuk kanker serviks. Ketika CIN3 mengakibatkan kanker, kebanyakan tidak dibantu perkembangan kankernya oleh virus HPV. Perokok berat dan perokok jangka panjang mempunyai risiko lebih tinggi memunculkan CIN3 dibandingkan perokok ringan atau tidak merokok sepenuhnya. Meskipun merokok dikaitkan dengan kanker serviks, merokok membantu perkembangan HPV yang menjadi penyebab utama kanker serviks.

2.3. Kontrasepsi Oral

Kontrasepsi oral dalam jangka panjang berkaitan dengan peningkatan risiko terkena kanker serviks. Wanita yang memakai kontrasepsi oral selama 5 hingga 9 tahun mempunyai risiko tiga kali terkena kanker invasif, sedangkan penggunaan diatas 10 tahun mempunyai risiko sekitar empat kali.

2.4. Kehamilan Beberapa Kali

Memiliki banyak kehamilan berkaitan dengan peningkatan risiko kanker serviks. Wanita terinfeksi HPV yang telah hamil sebanyak tujuh kali atau lebih mempunyai sekitar empat kali risiko terkena kanker dibandingkan perempuan yang tidak pernah hamil, dan dua hingga tiga kali risiko terkena kanker pada perempuan yang hamil sekali atau dua kali.

3. Diagnosa Kanker Serviks

3.1. Biopsi

Pap smear sanggup dipakai untuk uji skrining, namun 50% gagal mendeteksi kanker serviks. Konfirmasi diagnosa kanker serviks atau pra kanker memerlukan biopsi pada serviks, seringkali melalui kolposkopi. Pemeriksaan perbesaran visual serviks yang dibantu dengan memakai larutan asam asetat encer (misalnya cuka) untuk menyoroti sel gila pada permukaan serviks. Perangkat medis yang dipakai untuk biopsi pada serviks yaitu punch forceps, SpiraBrush CX, SoftBiopsy, atau Soft-ECC. Penilaian kolposkopi dan asumsi keparahan penyakit menurut investigasi visual merupakan belahan dari diagnosis.

Prosedur diagnosa dan penanganan lebih lanjut yaitu loop electrical excision prosedur (LEEP) dan konisasi, dimana lapisan dalam leher rahim diangkat untuk diperiksa secara patologis. Prosedur tersebut dilakukan bila biopsi mengkonfirmasi adanya neoplasima intraepitelial parah pada serviks.

3.2. Lesi Pra Kanker Serviks

Neoplasia intraepitel serviks yang merupakan awal potensial kanker serviks, sering didiagnosis pada investigasi biopsi serviks oleh spesialis patologi. Untuk perubahan displastik premaligna, gradasi neoplasia intraepitel serviks digunakan.

Penamaan dan penjabaran histologi lesi prekursor karsinoma serviks telah berubah berulang kali sepanjang era 20. Sistem penjabaran WHO menjelaskan lesi dan menamainya displasia ringan, sedang, berat, atau inisial in situ. Istilah Cervical Intraepithelial Neoplasma (CIN) dikembangkan untuk memberi pemfokusan pada spektrum kelainan pada lesi ini dan untuk membantu standarisasi pengobatan. Terdapat beberapa penjabaran displasia ringan sebagai CIN1, displasia sedang sebagai CIN2, dan displasia parah sebagai CIN3. Baru-baru ini, CIN2 dan CIN3 telah digabung menjadi CIN2/3. Hasil ini mungkin akan dilaporkan oleh spesialis patologi sehabis biopsi.

Hal tersebut tidak boleh disalahartikan dengan sistem Bethesda untuk hasil pap smear (sitopatologi). Pada hasil Bethesda terdapat Lesi Intraepithelial Tingkat Rendah (LSIL) dan Lesi Intraepithelial Skuamosa Tingkat Tinggi (HSIL). LSIL mungkin sesuai dengan CIN1, dan HSIL mungkin sesuai dengan CIN2 dan CIN3, namun jadinya berbeda dan hasil pap smear tidak sesuai dengan temuan histologis.

3.3. Sub Jenis Kanker Serviks

Subjenis histologis karsinoma serviks invasif meliputi:

  1. Karsinoma sel skuamosa (sekitar 80-85%)
  2. Adenokarsinoma (sekitar 15% dari penderita kanker serviks di Inggris)
  3. Adenoskuamosa karsinoma
  4. Karsinoma sel kecil
  5. Tumor neuroendokrin
  6. Villoglandular adenocarcinoma.

Keganasan non-karsinoma yang jarang terjadi pada serviks mencakup melanoma dan limfoma. Untuk kasus yang diobati dengan pembedahan, informasi yang diperoleh dari andal patologi sanggup dipakai untuk memilih tahap patologis yang terpisah, namun tidak untuk menggantikan tahapan klinis.

3.4. Stadium Kanker Serviks

Stadium kanker serviks ditentukan menurut sistem stadium Federasi Internasional Ginekologi dan Obstetri (FIGO), yang didasari investigasi klinis dibandingkan temuan bedah. Untuk memilih stadium kanker serviks hanya sanggup memakai beberapa tes diagnosa menyerupai palpasi, kolposkopi, endoserviks, kuretase, histeroskopi, sitoskopi, proktoskopi, urografi intravena, investigasi sinar X pada paru-paru, dan konisasi serviks. Stadium kanker serviks mulai dari 1A, 1B, 2A, 2B, 3B, 4A, dan 4B

Kanker Serviks Stadium 1A

Kanker serviks atau kanker leher rahim yaitu kanker yang muncul dari serviks  Kanker Serviks (Artikel Lengkap)paru-paru.

4. Pencegahan Kanker Serviks

4.1. Skrining

Memeriksa serviks dengan Pap smear, untuk kanker serviks telah mengurangi angka kasus dan maut lantaran kanker serviks di negara berkembang. Skrining pap smear setiap 3-5 tahun dengan tindak lanjut yang sesuai sanggup mengurangi terjadinya kanker serviks hingga 80%. Hasil yang gila mungkin memperlihatkan perubahan ke pra kanker yang harus diikuti dengan penilaian dan tindakan penanganan yang tepat. Pengobatan lesi tingkat rendah sanggup menghipnotis kesuburan dan kehamilan berikutnya. Kampanye pemerintah untuk mengajak perempuan melaksanakan skrining berhasil meningkatkan minat melaksanakan skrining.

Menurut pedoman Eropa 2010, usia melaksanakan skrining berkisar antara usia 20 hingga 30 tahun. Jauh lebih baik bila dilakukan sebelum usia 25 tahun. Di Amerika Serikat, skrining direkomendasikan mulai dari usia 21 tahun. Pap smear harus dilakukan setiap tiga tahun pada usia 21 dan 65 tahun. Untuk perempuan berusia diatas 65 tahun, skrining bisa dilarang bila tidak ada hasil skrining gila selama 10 tahun terakhir dan tidak ada riwayat CIN 2 atau lebih tinggi.

Pap smear tidak efektif di negara berkembang lantaran kebanyakan tidak mempunyai infrastruktur kesehatan yang baik, sumber daya insan yang melaksanakan pap smear masih sedikit dan kurang keterampilan, kurangnya pemahaman perempuan sehingga seringkali tidak ditindaklanjuti, dan lamanya hasil skrining keluar.

4.2. Kontrasepsi

Penggunaan pelindung atau penggunaan gel spermatidal selama melaksanakan korelasi seksual sanggup mengurangi risiko kanker. Kondom juga sanggup melindungi dari infeksi HPV dan prekursor kanker serviks. Selain itu juga sanggup melindungi dari HIV dan klamidia, yang sangat berisiko menimbulkan kanker.

Kondom juga mempunyai kegunaan mengobati perubahan pra-kanker yang berpotensi menjadi kanker serviks. Paparan sperma sanggup meningkatkan risiko perubahan prakanker menjadi CIN 3 dan kondom sanggup mencegahnya dan membantu membersihkan HPV. Kandungan prostaglandin pada sperma sanggup memicu pertumbuhan tumor serviks dan rahim.

4.3. Vaksinasi

Dua vaksin HPV (gardasil dan cervarix) sanggup menurunkan risiko kanker atau perubahan pra kanker serviks sekitar 93%. Vaksin 92% hingga 100% efektif melawan HPV 16 dan 18 hingga dengan 8 tahun.

Vaksin HPV umumnya diberikan pada usia 9 hingga 26 tahun dan hanya efektif bila diberikan sebelum infeksi terjadi. Vaksin efektif selama 4 hingga 6 tahun. Namun, durasi efektivitas tidak diketahui. Tingginya biaya vaksin menjadi perhatian. Beberapa negara melaksanakan jadwal pendanaan vaksinasi HPV.

4.4. Nutrisi

Vitamin A, vitamin B12, vitamin C, vitamin E, dan beta karoten sanggup menurunkan risiko kanker serviks.

5. Penanganan dan Pengobatan Kanker Serviks

Pengobatan kanker serviks berbeda di seluruh dunia, bergantung pada kanal ke andal bedah yang andal dalam operasi pelvis dan adanya “pengobatan alternatif” di negara berkembang. Karena kanker serviks tergolong radiosensitif, radiasi sanggup dipakai di semua stadium apabila pilihan pembedahan tidak ada. Hasil bedah kemungkinan mempunyai hasil yang lebih baik daripada pendekatan radiologi.

Kanker mikro invasif (stadium IA) sanggup ditangani dengan histerektomi (pengangkatan seluruh rahim termasuk sebagian vagina). Untuk stadium IA2, kelenjar getah bening diangkat. Alternatifnya berupa biopsi kerucut (konisasi).

Bila biopsi kerucut tidak menghasilkan hasil yang terang (temuan biopsi memperlihatkan bahwa tumor dikelilingi oleh jaringan bebas kanker), pilihan pengobatan yang lebih mungkin bagi perempuan yang ingin mempertahankan kesuburan mereka yaitu dengan trakelektomi. Trakelektomi yaitu pembedahan yang mencoba untuk menyingkirkan kanker dengan tetap menjaga ovarium dan rahim. Hasilnya lebih konservatif daripada histerektomi. Trakelektomi merupakan pilihan sempurna bagi penderita kanker serviks stadium I yang belum menyebar. Namun, hal tersebut belum dianggap sebagai standar penanganan, lantaran hanya sedikit dokter yang andal dalam mekanisme ini. Bahkan andal bedah paling berpengalaman pun tidak sanggup menjamin bahwa trakelektomi sanggup dilakukan sehabis investigasi mikroskopis, lantaran tidak diketahui sejauh mana kanker telah menyebar. Jika andal bedah secara mikroskopis tidak dapat  mengkonfirmasi batas yang terang dari jaringan serviks sehabis perempuan tersebut berada dalam anestesi umum di ruang operasi, diharapkan histerektomi. Histerektomi hanya dilakukan bila perempuan tersebut telah memperlihatkan persetujuan sebelumnya. Karena kemungkinan risiko kanker menyebar ke kelenjar getah bening pada kanker stadium 1B dan beberapa stadium 1A, andal bedah mungkin juga perlu mengangkat sebagian kelenjar getah bening di sekitar rahim untuk penilaian patologi.

Trakelektomi sanggup dilakukan melalui perut atau vagina, dan masih terjadi perdebatan dari mana yang paling baik. Trakelektomi abdomen biasanya hanya memerlukan rawat inap di rumah sakit selama dua hingga tiga hari, dan kebanyakan perempuan pulih dengan sangat cepat (sekitar enam minggu). Komplikasi jarang terjadi, namun perempuan yang bisa mengandung sehabis operasi rentan terhadap persalinan prematur dan kemungkinan keguguran. Dianjurkan menunggu minimal satu tahun sehabis operasi sebelum mencoba untuk hamil. Kekambuhan pada serviks sangat jarang terjadi bila kanker telah dibersihkan dengan trakelektomi. Namun, perempuan dianjurkan untuk melaksanakan pencegahan dan perawatan tindak lanjut termasuk pap smear dan biopsi pada sisa segmen rahim setiap 3-4 bulan setidaknya selama 5 tahun untuk memantau kekambuhan dan meminimalkan terkena HPV melalui korelasi seksual.

Kanker serviks stadium IB1 dan IIA kurang dari 4cm sanggup ditangani dengan histerektomi dengan menghilangkan kelenjar getah bening atau terapi radiasi. Untuk stadium IB2 dan IIA lebih dari 4cm mungkin sanggup ditangani dengan terapi radiasi dan kemoterapi cisplatin, atau histerektomi. Kanker serviks stadium IIB dan IVA ditangani dengan terapi radiasi dan kemoterapi cisplatin. Untuk kanker serviks stadium simpulan (IVB) ditangani dengan kemoterapi kombinasi hycamtin dan cisplatin dengan imbas samping peningkatan risiko neutropenia, anemia, dan trombositopenia.

6. Komplikasi Kanker Serviks

Komplikasi kanker serviks sanggup terjadi sebagai imbas samping pengobatan atau sebagai tanggapan kanker serviks lanjutan.

6.1. Efek Samping

Menopause Awal

Jika ovarium dibedah atau rusak selama pengobatan dengan radioterapi, maka akan memicu menopause awal. Secara normal, perempuan akan mengalami menopause di usia lima puluh tahunan. Menopause terjadi ketika ovarium berhenti memproduksi hormon estrogen dan progesteron.

Penyempitan Vagina

Radioterapi untuk mengobati kanker serviks seringkali mengakibatkan vagina menyempit yang sanggup akan menyakitkan atau menyulitkan ketika melaksanakan korelasi seksual.

Limfedema

Jika kelenjar getah bening pada panggul diangkat, terkadang sanggup mengganggu fungsi sistem limfatik. Salah satu fungsi sistem limfatik yaitu menguras kelebihan cairan tubuh. Apabila fungsi ini terganggu maka sanggup terjadi penumpukan cairan dalam jaringan yang dikenal sebagai limfedema. Lemfedema mengakibatkan bagian-bagian tertentu menjadi bengkak, umumnya kaki.

6.2. Komplikasi pada Kanker Serviks Lanjutan

Rasa Sakit

Jika kanker menyebar ke tulang, ujung saraf atau otot, seringkali mengakibatkan sakit parah. Obat penghilang sakit menyerupai parasetamol dan ibuprofen sanggup dipakai untuk mengurangi rasa sakit.

Gagal Ginjal

Dalam beberapa kasus kanker serviks, kanker sanggup menekan ureter sehingga menghalangi anutan urine dari ginjal. Hal tersebut mengakibatkan ginjal membengkak dan bahkan sanggup menghilangkan sebagian atau semua fungsi ginjal.

Darah Menggumpal

Seperti halnya dengan kanker lain, kanker serviks juga sanggup menciptakan darah menjadi “lengket” dan lebih rentan membeku. Kanker sanggup menekan vena di panggul, yang sanggup memperlambat anutan darah sehingga terjadi pembekuan darah di kaki.

Pendarahan

Jika kanker menyebar ke dalam vagina, kandung kemih, atau usus, maka sanggup mengakibatkan kerusakan yang signifikan sehingga terjadi pendarahan. Pendarahan sanggup terjadi di dalam vagina atau rektum.

Serta komplikasi lain yaitu fistula dan keputihan. Namun biasanya jarang terjadi.

7. Prognosis Kanker Serviks

Prognosis bergantung pada stadium kanker. Kemungkinan tingkat kelangsungan hidup sekitar 100% pada perempuan dengan kanker serviks berukuran mikroskopis. Dengan pengobatan, tingkat kelangsungan hidup lima tahun untuk tahap awal kanker serviks yaitu 92%.

Dengan pengobatan, 80-90% perempuan dengan kanker serviks stadium I dan 60-75% perempuan dengan kanker serviks stadium II hidup lima tahun sehabis diagnosis. Tingkat kelangsungan hidup menurun menjadi 30-40% untuk perempuan dengan kanker stadium III dan 15% atau kurang bagi yang menderita kanker stadium IV. Kelangsungan hidup membaik ketika radioterapi dikombinasikan dengan kemoterapi berbasis cisplatin.

Seiring kanker menyebar ke belahan lain tubuh, prognosis turun drastis lantaran pengobatan lesi lokal umumnya lebih efektif daripada perawatan seluruh badan menyerupai kemoterapi.

Evaluasi sehabis terapi sangat penting. Kanker serviks yang terdeteksi pada tahap awal mungkin berhasil diobati dengan operasi, radiasi, kemoterapi, atau kombinasi ketiganya. Sekitar 35% perempuan dengan kanker serviks invasif mempunyai penyakit berulang sehabis perawatan. Rata-rata potensi hidup yang hilang tanggapan kanker serviks yaitu 25,3 tahun.

Skrining rutin berarti perubahan pra kanker dan kanker serviks stadium awal telah terdeteksi dan diobati lebih awal. Skrining serviks menyelamatkan 5.000 orang setiap tahun di Inggris dari kanker serviks.

8. Epidemiologi Kanker Serviks

Di seluruh dunia, kanker serviks yaitu kanker paling umum keempat. Pada tahun 2012, diperkirakan terjadi 528.000 kasus kanker serviks dengan 266.000 kematian. Pada wanita, kanker serviks yaitu kanker umum nomor dua sehabis kanker payudara yakni sekitar 8% dari total kasus kanker. Sekitar 80% kanker serviks terjadi di negara berkembang.


Anda bisa request artikel apa saja melalui hedisasrawan@merahputih.id atau eksklusif saja lewat komentar dibawah :)


Sumber http://hedisasrawan.blogspot.com/


EmoticonEmoticon