Saturday, April 12, 2014

Tujuan Dan Problem Dalam Pengelolaan Kelas

Beberapa Pengertian Pengelolaan Kelas:
  1. Pengelolaan kelas yaitu segala sesuatu yang dilakukan guru supaya belum dewasa berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar-mengajar, bagaimanapun cara dan bentuknya.
  2. Pengelolaan kelas yaitu keterampilan guru untuk membuat iklim pembelajaran yang aman dan mengendalikannya kalau terjadi gangguan dalam pembelajaran.
  3. Pengelolaan kelas yaitu membuat dan memelihara kondisi berguru yang optimal, dan/atau  mengembalikan ke kondisi yang optimal dari gangguan dalam proses belajar.
Berdasarkan beberapa pengertian mengenai pengelolaan kelas dari teori teori tersebut, maka sanggup ditarik kesimpulan bahwa pengelolaan kelas yaitu keterampilan guru yang berupa kegiatan-kegiatan untuk membuat kondisi pembelajaran yang optimal dan kondusif, serta mengendalikannya ketika terjadi gangguan, sehingga siswa sanggup berpatisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dengan begitu, pengelolaan kelas merupakan kunci penting untuk mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran.

Tujuan pengelolaan kelas
Kemampuan pengelolaan kelas sering juga disebut kemampuan menguasai kelas. Hal ini berarti seorang guru harus bisa mengontrol atau mengendalikan prilaku muridnya sehingga mereka terlibat secara aktif dalam proses berguru mengajar. Kemampuan pengelolaan kelas ini mempunyai beberapa tujuan. yaitu:
  1. Mendorong siswa membuatkan tingkah lakunya sesuai tujuan pembelajaran;
  2. Membantu siswa menghentikan tingkah lakunya yang menyimpang dari tujuan pembelajaran; Mengendalikan siswa dan sarana pembelajaran dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan, untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan;
  3. Membina relasi baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, sehingga kegiatan pembelajaran menjadi efektif.
Komponen pengelolaan kelas
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas. Prinsip-prinsip tersebut yaitu:
  1. Kehangatan dan keantusiasan;
  2. Tantangan;
  3. Bervariasi;
  4. Luwes;
  5. Penekanan pada hal-hal positif;
  6. Penanaman disiplin diri.
Hal yang perlu dihindari dalam pengelolaan kelas.
  1. Campur tangan yang berlebihan;
  2. Ketidaktepatan waktu kegiatan;
  3. Bertele-tele;
  4. Pengulangan klarifikasi yang tidak perlu.
Komponen keterampilan mengelola kelas yaitu
  1. Penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal, dan;
  2. Keterampilan yang bekerjasama dengan pengendalian kondisi berguru yang optimal.
Keterampilan penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal ini terdiri dari enam. Enam hal tersebut yaitu
  1. Menunjukkan sikap tanggap di kelas;
  2. Membagi perhatian secara visual dan verbal;
  3. Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan akseptor didik dalam pembelajaran
  4. Memberikan petunjuk yang jelas;
  5. Memberikan teguran secara bijaksana, dan;
  6. Memberi penguatan ketika diperlukan.
Keterampilan yang bekerjasama dengan pengendalian kondisi berguru yang optimal berdasarkan Mulyasa terdiri dari tiga hal yaitu:
  1. modifikasi perilaku; 
  2. Pengelolaan kelompok dan;
  3. Menemukan dan mengatasi sikap yang menjadikan masalah.
Masing-masing keterampilan tersebut kemudian akan dijabarkan lagi dalam kutipan sebagai berikut yaitu:
  1. mengajarkan sikap gres dengan pola dan pembiasaan;
  2. meningkatkan sikap yang baik melalui penguatan dan;
  3. mengurangi sikap jelek dengan hukuman.
Pengelolaan kelompok terdiri dari dua hal penting yaitu:
  1. peningkatan kerjasama dan keterlibatan dan;
  2. menangani konflik dan memperkecil problem yang timbul.
Sedangkan menemukan dan mengatasi sikap yang menjadikan masalah, terdiri dari sembilan hal penting yaitu:
  1. pengabdian yang direncanakan;
  2. campur tangan dengan isyarat;
  3. mengawasi secara ketat;
  4. mengakui perasaan negatif akseptor didik;
  5. mendorong akseptor didik untuk mengungkapkan perasaannya;
  6. menjauhkan benda-benda yang sanggup mengganggu konsentrasi;
  7. menyususn kembali acara belajar;
  8. menghilangkan ketegangan dengan humor dan;
  9. mengekang secara fisik.
Masalah dalam pengelolaan kelas
Membedakan empat kelompok problem pengelolaan kelas individual yang didasarkan pada perkiraan bahwa semua tingkah laris individu merupakan upaya pencapaian tujuan pemenuhan keputusan untuk diterima problem individu tersebut yaitu
  1. tingkah laris yang ingin mendapatkan perhatian orang lain;
  2. tingkah laris yang ingin menunjukkan kekuatan;
  3. tingkah laris yang bertujuan menyakiti orang lain, dan;
  4. peragaan ketidakmampuan, yaitu dalam bentuk tidak mau melaksanakan segala sesuatu yang diperintahkan guru lantaran merasa tidak mampu.
Enam kategori problem kelompok dalam pengelolaan kelas. Masalah-masalah yang dimaksud yaitu
  1. kelas kurang kohesif;
  2. kelas mereaksi negative terhadap salah seorang anggotanya;
  3. membesarkan hati anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok;
  4. kelompok cenderung gampang dialihkan perhatiannya dari kiprah yang tengah digarap;
  5. semangat kerja rendah;
  6. kelas kurang bisa mengikuti keadaan dengan keadaan baru.
Faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pengelolaan kelas. Faktor-faktor tersebut yaitu
  1. faktor guru;
  2. faktor akseptor didik;
  3. faktor fasilitas, dan;
  4. faktor keluarga.
Faktor guru yang menjadi penghambat dalam pengelolaan kelas yaitu
  1. tipe kepemimpinan guru;
  2. format berguru yang monoton;
  3. kepribadian guru;
  4. pengetahuan guru, dan;
  5. pemahaman guru wacana akseptor didik.
Kekurangsadaran akseptor didik dalam memenuhi kiprah dan haknya sebagai anggota suatu kelas juga sanggup menjadi faktor utama penyebab problem pengelolaan kelas.

Sedangkan faktor akomodasi yang menjadi penghambat dalam pengelolaan kelas yaitu
  1. jumlah akseptor didik dalam kelas;
  2. besar ruang kelas;
  3. ketersedian alat.
Kebiasaan yang kurang baik di lingkungan keluarga menyerupai tidak tertib, tidak patuh pada disiplin, kebebasan yang berlebihan, atau pun terlampau dikekang, juga sanggup menjadi latar belakang yang menimbulkan akseptor didik melanggar disiplin di kelas.

Tindakan pengelolaan kelas
Tindakan pengelolaan kelas dibagi menjadi dua, yaitu tindakan pencegahan dan tindakan korektif. 

1. Tindakan pencegahan
Tindakan pencegahan menyerupai yang dimaksud tersebut, sanggup dilakukan dengan mengatur kondisi dan situasi pembelajaran maupun mengatur disiplin dan tata tertib.

a) Mengatur kondisi dan situasi pembelajaran
Mengatur kondisi dan situasi pembelajaran sanggup mencakup tiga aspek. Ketiga aspek tersebut yaitu
  1. mengatur kondisi fisik;
  2. mengatur kondisi sosio-emosional, dan;
  3. mengatur kondisi organisasional.
Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung meningkatnya intensitas proses perbuatan berguru akseptor didik dan mempunyai efek positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran Kondisi fisik yang dimaksud yaitu
  1. ruang berlangsungnya proses pembelajaran;
  2. pengaturan daerah duduk;
  3. ventilasi dan pengaturan cahaya, dan;
  4. pengaturan penyimpanan barang-barang.
Ruang daerah berlangsungnya proses berguru harus memungkinkan semua bergerak leluasa tidak berdesak-desakan dan saling mengganggu antara akseptor didik yang satu dengan yang lain pada ketika melaksanakan acara belajar. Besarnya ruang sangat tergantung pada dua hal yaitu jenis kegiatan dan jumlah akseptor didik. Sedangkan dalam mengatur daerah duduk, yang penting yaitu memungkinkan terjadinya tatap muka. Dengan demikian sikap akseptor didik sanggup terkontrol dengan baik. Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan akseptor didik. Jendela harus cukup besar sehingga memungkinkan panasnya matahari masuk. Barang-barang hendaknya disimpan ditempat khusus yang gampang dicapai.

Kondisi sosio-emosional dalam kelas juga akan mempunyai efek yang cukup besar terhadap proses pembelajaran. Kondisi sosio-emosional dalam situasi pembelajaran ada tiga, yaitu:
  1. tipe kepemimpinan guru;
  2. sikap guru, dan;
  3. suara guru.
Tipe kepemimpinan guru akan mewarnai suasana emosional di dalam kelas. Tipe kepemimpinan guru yang diktatorial tentu akan berbeda pengaruhnya dengan tipe kepemimpinan guru yang demokratis. Sikap guru dalam menghadapi akseptor didik hendaknya sabar dan bersahabat. Suara guru, walaupun bukan faktor yang besar, tetapi turut mempunyai efek dalam belajar. Suara yang melengking tinggi atau demikian rendah sehingga tidak terdengar oleh akseptor didik secara terang dari jarak yang agak jauh akan membosankan dan membuat akseptor didik tidak memperhatikan pembelajaran. Suara macam ini juga akan mengundang tingkah laris yang tidak diinginkan. Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik tingkat kelas maupun tingkat sekolah akan sanggup mencegah problem pengelolaan kelas. kegitan tersebut yaitu:
  1. pergantian pelajaran;
  2. guru yang berhalangan hadir, dan;
  3. masalah akseptor didik, menyerupai akseptor didik yang tabrak dan lain sebagainya.
b) Disiplin dan tata tertib
Di sekolah, disiplin banyak dipakai untuk mengontrol tingkah laris akseptor didik yang dikehendaki supaya tugas-tugas di sekolah sanggup berjalan dengan optimal. Terdapat dua sumber pelanggaran disiplin di sekolah.
  1. Pelanggaran disiplin yang bersumber pada lingkungan sekolah dan
  2. Pelanggaran disiplin yang bersifat umum.
Pelanggaran disiplin yang bersumber dari lingkungan sekolah tidak akan dibahas lantaran sifatnya yang kompleks. Yang akan di jelaskan yaitu problem pelanggaran disiplin yang bersifat umum. terdapat tiga alasannya yaitu pelanggaran disiplin yang bersifat umum, yaitu:
  1. kebosanan dalam kelas;
  2. perasaan kecewa dan tertekan lantaran akseptor didik dituntut untuk bertingkah laris yang kurang masuk akal sebagai remaja, dan;
  3. tidak terpenuhinya kebutuhan akan perhatian, pengenalan, atau status.
Ada aneka macam cara yang sanggup ditempuh guru dalam menanggulangi pelanggaran disiplin. adalah 
  1. pengenalan akseptor didik;
  2. melakukan tindakan korektif;
  3. melakukan tindakan penyembuhan, dan;
  4. tertib ke arah siasat.
2) Tindakan korektif
Tindakan korektif sanggup dibagi menjadi dua yaitu, tindakan yang seharusnya segera diambil guru pada ketika terjadi gangguan (dimensi tindakan) dan tindakan penyembuhan terhadap tingkah laris yang menyimpang.

a) Dimensi tindakan
Dimensi tindakan merupakan kegiatan yang seharusnya dilakukan guru bila terjadi problem pengelolaan. Guru dituntut untuk berbuat sesuatu dalam menghentikan perbuatan akseptor didik secepat dan setepat mungkin. Guru harus segera mengingatkan akseptor didik terhadap peraturan tata tertib yang dibentuk dan ditetapkan bersama dan konsekuensinya, untuk kemudian melaksanakan hukuman yang seharusnya berlaku. Kegiatan ini juga bertujuan untuk memonitor efektifitas aturan dan tata tertib.

b) Tindakan penyembuhan
Pelanggaran yang sudah terlanjur dilakukan peseta didik perlu ditanggulangi dengan tindakan penyembuhan baik secara individu, maupun secara kelompok. Langkah-langkah yang sanggup dilakukan dalam tindakan penyembuhan ini meliputi:
  1. mengidentifikasi akseptor didik yang menerima kesulitan untuk mendapatkan dan mengikuti tata tertib atau mendapatkan konsekuensi dari pelanggaranyang dibuatnya
  2. membuat planning yang diperkirakan tepat wacana langkah-langkah yangakan ditempuh dalam mengadakan kontrak dengan akseptor didik
  3. menetapkan waktu pertemuan dengan akseptor didik yang disetujui bersama bersama oleh guru dan akseptor didik yang bersangkutan
  4. saat bertemu dengan akseptor didik, jelaskan maksud pertemuan tersebut, dan manfaat yang mungkin diperoleh dari pertemuan tersebut
  5. tunjukkan kepada akseptor didik bahwa guru pun bukan insan yang tepat dan tidak bebas dari kekurangan
  6. bila pertemuan yang dilakukan ternyata tidak responsip, maka guru sanggup mengajak akseptor didik untuk diskusi dilain kesempatan
  7. pertemuan guru dan akseptor didik harus hingga pada pemecahan masalah
  8. melakukan kegiatan tindak lanjut.

Dikutip Dari Beberapa Sumber

Sumber http://seputarpengertian.blogspot.com


EmoticonEmoticon