Thursday, September 27, 2018

Kalau Mau Indonesia Maju. Jangan Jadi Konservatif, Tetapi Inovatif

Akhir-akhir ini saya gemar memperhatikan kondisi ekonomi negara-negara terkaya dan termiskin di dunia. Saya melihat satu persamaan pada negara-negara termiskin tersebut, mereka sama-sama hanya bergantung pada sektor pertanian, infrastruktur yang minim, minim investor, dan komoditas ekspor hanya berupa produk mentah. Negara-negara termiskin tersebut memang sedang kekurangan dana untuk membangun infrastruktur, menarik investor, dan membangun sentra industri disamping konflik berkepanjangan. Sedangkan negara-negara terkaya mempunyai sektor industri maju, sektor pertanian maju, infrastruktur maju, dan investasi ke dalam maupun ke luar melimpah.

Menariknya, Indonesia tidak kekurangan dana, infrastruktur sudah mulai digarap, investor banyak yang tertarik, dan sektor industrinya berkembang, tetapi tetap sulit maju. Ini alasannya yaitu kebanyakan masyarakat dan politisinya bersifat konservatif.

Konservatisme: Niat Menjaga Tetapi Malah Merusak

Konservatisme yaitu kecenderungan masyarakat untuk tidak mau berubah. Mereka lebih baik berada di zona nyaman dengan alasan menjaga kelestarian lingkungan, menjaga budaya, dan menjaga pertanian. Mereka menolak banyak sekali pembangunan infrastruktur, menolak datangnya investor, menolak datangnya asing, dan menolak adanya industri. Tetapi kebanyakan dari mereka tidak mau berinovasi, tidak mau berpikir jangka panjang. Yang penting nyaman ketika ini saja.

Menjaga Lahan Pertanian: Tidak Hanya Sekedar Tolak Pembangunan

Tanpa sadar mereka justru lebih merusak lingkungan. Menolak pembangunan jalan, jalan tol, atau bandara dengan alasan menjaga sawah atau pertanian. Padahal lahan pertanian yang dikorbankan hanya sedikit, meskipun ditambah efek samping menyerupai pembangunan pemukiman yang mungkin timbul. Tetapi mereka tidak memikirkan apa penyebab petani lebih menentukan berhenti bertani dan menjual tanahnya kepada juragan properti. Petani seolah terlalu disayang, diberi subsidi, tetapi tidak diberikan teknologi memadai untuk memaksimalkan hasil pertaniannya. Petani itu sendiri tidak mau berguru alasannya yaitu berpikir alat modern justru merusak lingkungan.

Jalan tol ditolak, pergerakan kendaraan terutama angkutan barang menjadi terhambat alasannya yaitu macet. Macet menyebabkan polusi yang lebih parah lagi. Itu yang tidak dipikirkan.

Transportasi umum yang lebih nyaman dan cepat ditolak, katanya hanya memenuhi jalan dan mematikan angkutan rakyat (taksi, ojek, delman, becak, angkot, dll). Akibatnya orang-orang lebih menentukan memakai kendaraan langsung alasannya yaitu transportasi umum yang ada tidak memadai menyerupai tarif asal-asalan dan tidak nyaman. Jalanan macet, polusi bertambah.

Pembangunan bandara ditolak, katanya hanya mengurangi lahan pertanian yang hanya sepersekian persen.. Padahal bila dibangun, pariwisata tumbuh, perekonomian meningkat, pertanian pun semakin produktif bila mau berinovasi. Biasanya masyarakat yang kaya cenderung lebih menyukai produk organik dari petani lokal.

Menolak Investor, Tetapi Tidak Mau Berinvestasi

Investor ditolak bahkan telah menjadi konotasi negatif bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Katanya mereka menjajah Indonesia, “membeli” Indonesia. Tetapi sifat masyarakat justru menarik investor luar. Kebanyakan masyarakat tidak mau berinvestasi. Punya uang beli motor/mobil gres (gengsi punya kendaraan di Indonesia tinggi alasannya yaitu tidak ada transportasi umum yang memadai), beli gadget baru, beli pakaian impor baru. Semua produk luar. Secara makro, uang di Indonesia berputar kencang tapi lebih banyak keluarnya ketimbang masuknya.

Jika tidak ada investor menyerupai ritel, hotel, restoran abnormal masuk ke Indonesia, maka pengusaha lokal di sektor menyerupai ritel, hotel, dan restoran tidak akan berinovasi. Mereka tetap mematok harga tinggi untuk produk yang tidak sepadan kualitasnya.

Demo Tolak Pembangunan, Tetapi Buang Sampah Sembarangan

Banyak orang yang mengaku-ngaku cinta lingkungan dengan cara menolak pembangunan infrastruktur, tetapi mereka masih suka membuang sampah sembarangan. Jadi, siapa yang bahwasanya perusak lingkungan?

Tiru Negara Maju

Tirulah negara maju menyerupai Jepang, Singapura, dan Eropa. Mereka sukses menyebarkan infrastruktur dan industri tetapi lingkungan dan budayanya tetap terjaga baik bahkan dikembangkan lebih lanjut.

Tapi kenyataannya orang Indonesia cenderung anti menjadi negara maju. Banyak yang menyindir: “(nama daerahnya) rasa luar negeri”, “gak usah ke luar negeri, (nama daerahnya) udah bakal jadi kayak di luar negeri”. Seolah-olah luar negeri yaitu sesuatu yang negatif di mata sebagian masyarakat. Cobalah lihat di komentar dari postingan Instagram milik portal gosip yang memberitakan planning pembangunan sesuatu.

Kalau Mau Kaprikornus Negara Maju, Harus Inovatif

Inovatif yaitu kunci menjadi negara maju. Negara maju tidak selalu negatif. Siapa yang tidak mau hidup lebih nyaman, lingkungan lebih higienis dan asri, lebih tidak macet, dan banyak kenyamanan lainnya? Namun untuk mencapai kenyamanan tingkat lanjut, masyarakat Indonesia harus berani keluar dari zona nyaman ketika ini.

Sekian luapan isi hati saya alasannya yaitu di kawasan saya terlalu banyak penolakan ini itu ketika ada tentang pemerintah membangun infrastruktur. Tumbuhkan budaya tidak membuang sampah sembarangan dulu, gres bicara kelestarian lingkungan secara makro. Karena saya yakin, pemerintah dalam menciptakan sesuatu niscaya disertai perencanaan dan kajian yang matang.


Sumber http://hedisasrawan.blogspot.com/


EmoticonEmoticon